Rabu, 12 Oktober 2011

study kasus

Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur, 1985).
Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik (WS. Winkel, 1995).
Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integrative dan komprehensif. Integrative artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap (Dewa Ketut Sukardi, 1983).
 Studi kasus merupakan teknik yang paling tepat digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling karena sifatnya yang komprehensif dan menyeluruh. Studi kasus menggunakan hasil dari bermacam-macam teknik dan alat untuk mengenal siswa sebaik mungkin, merakit dan mengkoordinasikan data yang bermanfaat yang dikumpulkan melalui berbagai alat. Data itu meliputi studi yang hati-hati dan interpretasi data yang berhubungan dan bertalian dengan perkembangan dan problema serta rekomendasi yang tepat.
Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok. Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan kondisi individu/kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan individu dalam penyesuaiannya
Tujuan Studi Kasus
            Studi Kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman dari siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuian pada diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.

Sasaran Studi kasus
Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah konseli yang memiliki suatu problem (problem case).

Contoh studi kasus

Wasi' adalah siswa terpelajar di SMA XXX. Ia sering mendapatkan rangking pararel nomor satu disekolahnya dan sekarang duduk di kelas. Kedua orang tua Wasi' adalah seorang guru di desa, mereka berdua sangat sayang dan bangga terhadap anaknya. Hal itu dikarenakan Wasi' dapat mengharumkan nama orangtuanya karena kepintarannya yang walaupun hanya anak dari seorang guru SD. Disekolah, Wasi' adalah anak yang disegani dan disenangi oleh teman-temannya satu sekolah baik dari kelas X sampai kelas XII. Hal itu dikarenakan sikap Wasi' yang tidak sombong dan mau berbagi pengetahuan pelajaran kepada teman-teman yang tidak bisa dengan menjadi tutor sbaya, tidak hanya itu Wasi' juga termasuk anak yang rajin beribadah dan tidak pernah membeda-bedakan antara teman yang satu dengan teman yang lain. Impian Wasi' adalah menjadi seorang dokter di salah satu rumah sakit internasional di surabaya. Hal itulah yang menjadi pegangan serta cambuk dalam diri Wasi' agar ia dapat menembus SNPTN. Salah satu motivasi dalam diri Wasi' selain orangtua adalah seorang cewek yang sejak SMP dicintainya. Akan tetapi rasa cinta dan sayang itu tak tersampaikan, hal itu dikarenakan Wasi' takut untuk mengungkapkan perasaanya ( takut ditolak ). Sampai sekarang perasaan cinta dan sayang terhadap cewek tersebut masih ada. Makin lama perasaan cinta dan sayang itu makin mencekan dan berkecambuk dalam hatinya ( Wasi' ), semakin pula rasa takut ditolak itu menjepit dadanya hingga ia tak mampu mengungkapkan rasa cinta dan sayang. Akhirnya rasa itu benar-benar tak tersampaikan karena ketakutan Wasi' untuk mengungkapkan apa yang ada dihatinya dan anggapan Wasi' apabila ia ditolak maka keinginan wasi' untuk menjadi dokter pupus seiring dengan perasaan hatinya yang hancur. 
MEMAHAMI WASI' DALAM PRESPEKTIF RET
RET memandang manusia itu mempunyai aspek rasional dan irasional. Orang berprilaku dengan cara-cara tertentu, hal itu dikarenakan ia percaya bahwa ia harus bertindak dengan cara tersebut. Orang mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negatif seperti kecemasan. Pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam praktiknya kedua hal itu saling terkait. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran.
             Wasi' merupakan anak yang pandai, tidak sombong, rajin beribadah serta mempunyai banyak teman. Ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh self talk atau omong diri yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran pikiran dan emosi yang bersifat negatif ( negative thingking ) yaitu takut apabila ia ditolak maka keinginan Wasi' untuk menjadi dikter pupus seiring dengan perasaan hatinya yang hancur yang pada akhirnya perasan cinta itu benar-benar tidak tersampaikan.

Tujuan Konseling
            Tujuan konseling dalam kasus Wasi' adalah memerangi pemikiran Wasi' yang irasional yang menjadi latar belakang kecemasannya menjadi pemikiran yang rasional.

PROSES PELAKSANAAN STUDI KASUS

A.     Identifikasi Masalah
¨  Nama                             : Ahmad Wasi'
Tempat, Tanggal lahir      : Gresik, 28 Februari 1989
Jenis Kelamin                 : Laki-laki
Agama                           : Islam
Hobby                            : Main Ps, Membaca
Sekolah                          : SMA XXX
¨  Variabel
1.      Siswa SMA XXX
2.      Pemikiran irasional
3.      Teknik konseling
¨  Sub Variabel
1.      Siswa kelas XII IA 1 SMA XXX
2.      Jenis Kelamin         : Laki-laki
3.      Prestasi                  : Rangking pararel nomor 1 di sekolah  
4.      Lingkungan Sosial : Cukup bergaul, rajin beribadah dan tidak pernah membeda-bedakan antara teman yang satu dengan teman yang lain.
5.      Lingkungan Keluarga : Orang tua sangat sayang dan bangga sebab Wasi' dapat mengharumkan nama orang tuanya karena kepintarannya yang walaupun hanya anak dari seorang guru SD.
6.      Lingkungan Sekolah : Wasi' termasuk anak yang disegani dan disenangi oleh teman-temannya satu sekolah baik dari kelas X sampai kelas XII. karena sikap Wasi' yang tidak sombong dan mau berbagi pengetahuan pelajaran kepada teman-teman yang tidak bisa dengan menjadi tutor sbaya
¨  Pemikiran Irasional
1. Negative thingking dan self talk ( omong diri )
¨  Teknik Konseling
1. Strategi konseling restrukturing kognitif
B.     Indikator
1.      Lingkungan Sosial
Tempat kos : Cukup bergaul, rajin beribadah dan tidak pernah membeda-bedakan antara teman yang satu dengan teman yang lain.
2.      Lingkungan Keluarga
Ekonomi           : Mampu
Pekerjaan         : Kedua orang tua adalah guru SD / PNS
3.      Lingkungan Sekolah
Teman Sekolah : Menurut mereka Wasi' orangnya asyil, gaul, tidak sombong, tidak pernah membeda-bedakan antara teman yang satu dengan teman yang lain, mau berbagi pengetahuan pelajaran kepada teman-teman yang tidak bisa dengan menjadi tutor sbaya.
C.     Teknik Konseling
Strategi konseling restrukturing kognitif  yakni membantu konseli dalam menentukan hubungan antara persepsi dan perilaku untuk mengidentifikasi kesalahan berfikir dan menggantikannya dengan persepsi yang lebih baik.
1.      Konseli dilatih untuk dapat merasakan dan mengenal apa yang sedang terjadi dalam dirinya.
2.      Konseli dilatih untuk dapat mengidentifikasi pemikiran yang irasional.
3.      Konseli dilatih untuk dapat mempositifkan dan mengembangkan pemikiran yang realistis beserta pernyataan-pernyataannya.
4.      Konselor menggambarkan hubungan antara kejadian dan emosi.
5.      Konselor berlatih untuk melakukan perubahan.
6.      Pemberian reinforcement.
D.     Type Data
1. Internal : Konselor memanggil Wasi', mengajak berdiskusi dan melakukan konfrontasi langsung
E.      Type Variabel
Variabel Independen : Wasi' terpengaruh oleh self talk atau omong diri yakni " Apabila ia di tolak maka keinginan Wasi' untuk menjadi dokter pupus seiring dengan perasaan hatinya yang hancur ".
Variabel Dependen : Pemikiran Wasi' menjadi irasional sehingga Wasi' takut dan tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan cinta dan sayang.
F.      Diagnosis
Pemikiean negatif ( self talk dan irasional believe ) Wasi' yang menyatakan bahwa apabila ia ditolak maka keinginan Wasi' pupus seiring dengan perasaan hatinya yang hancur.
G.     Prognosis
Dalam kasusu ini konselor menggunakan teknik : Strategi konseling restructuring cognitive.
H.     Treatment
·        pertemuam pertama.
Hari                  : Senin
Tanggal            : 02-11-2009
Jam                  : 09.00 - 09.45
Tempat             : Ruang Konseling
Kegiatan           : Penggalian masalah.
·        Pertemuan kedua.
Hari                  : Rabu
Tanggal            : 04-11-2009
Jam                  : 09.00 - 09.45
Tempat             : Ruang Konseling
Kegiatan           : Rasionalisasi strategi atau melatihkan strategi.
·        Pertemuan ketiga.
Hari                  : Kamis
Tanggal            : 05-11-2009
Jam                  : 09.00 - 09.45
Tempat             : Ruang Konseling
Kegiatan           : Membantu memecahkan masalah dengan strategi
                          Restrukturing kognitif.
·        Pertemuan keempat.
Hari                  : Sabtu
Tanggal            : 07-11-2009
Jam                  : 09.00 - 09.45
Tempat             : Ruang Konseling
Kegiatan           : Evaluasi.
·        Usaha bantuan yang direncanakan.
Setelah melihat permasalahan konseli, meka perlu diberikan usaha dan bantuan untuk membantu memecahkan masalah konseli, antara lain :
1. Wawancara.
        Yaitu dengan melakukan dialog langsung dengan konseli, yang bertujuan untuk menggali permasalahan konseli, menganjurkan agar konseli sering berkonsultasi dengan BK tentang masalah yang dihadapi.
2. Strategi konseling restrukturing kognitif.
        Membantu konseli dalam menentukan hubungan antara persepsi dan perilaku untuk mengidentifikasi kesalahan berfikir dan menggatikannya dengan persepsi yang lebih baik.
3. Evaluasi.
        Hal ini dilakukan agar dapat diketahui apakah sudah merasakan atau belum merasakan hasil yang memuaskan setelah proses konseling.
·        Usaha yang telah direncanakan.
1. Wawancara langsung dengan konseli.
2. Rasionalisasi atau melatihkan strategi restrukturing kognitif.
·        Usaha yang belum dilaksanakan.
Adalah evaluasi, hal ini disebabkan karena kesibukan konseli menghadapi Try Out dan keterbatasan waktu.

I.        Follow Up
Melihat dari permasalahan yang sudah ada, perlu adanya tindak lanjut ( follow up ) untuk membantu memecahkan masalah konseli. Untuk itu konselor menanyakan kepada konseli apakah dalam pertemuan yang sudah dibahas sudah mengalami perubahan ?
Apabila konseli belum merasakan hasil yang memuaskan setelah proses konseling, maka konselor akan mereview ulang dan mendefinisikan tujuan sesuai dengan keputusan konseli agar konseli dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Hal-hal yang perlu diberikan sebagai tindak lanjut, antara lain :
  1. Memantau kegiatan konseli
  2. Menanamkan kesadaran kepada konseli akan perlunya merubah diri ke arah pemikiran yang realistis beserta pernyataan-pernyataanya.



 
.

Selasa, 12 Juli 2011

PENGARUH LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN KARIER TERHADAP KEMANDIRIAN MEMILIH KARIER SISWA


BAB 1
PENDAHULUAN



A.     Latar Belakang

Menurut hasil penelitian Ayad, ditemukan bahwa 64,25% siswa pada jenjang Pendidikan Menengah (SMA, MA, SMK) belum mampu mengambil keputusan untuk profesi dan karier yang akan digeluti. Hal ini dikarenakan mereka belum memperoleh wawasan, pengetahuan dan informasi yang cukup untuk mengambil keputusan tentang profesi serta karier yang akan digelutinya (http://petamasadepanku.net, diakses tanggal 13 April 2010 pukul  18.00 WIB).
Sedangkan hasil penelitian salah seorang guru BK di SMA Negeri 1 Rancaekek mengemukakan bahwa hampir 40% siswa keberatan dengan jurusan dan sekolah yang mereka pilih. Contoh kasusnya sebagai berikut, (1) Ada siswa yang salah memilih jurusan. Banyak siswa yang bakat dan minatnya di IPA, tetapi karena akhir-akhir ini diberlakukan standar kelulusan yang tiap tahun semakin naik nilainya maka banyak siswa IPA yang ramai pindah ke IPS. Akan tetapi, sebagian dari mereka jenuh karena tidak berniat untuk menghafal dan banyak juga yang kualahan belajar akutansi; (2) Ada siswa yang bingung memilih jurusan maupun memilih perguruan tinggi yang bonafit baik itu swasta ataupun negeri; (3) Ada siswa yang bingung mengeluhkan bagaimana keadaan dunia kerja dan pekerjaan apa yang layak mereka terima ketika seusai menyelesaikan studi di bangku SMA. Hal ini dikarenakan semakin ketatnya persaingan di dunia kerja itu sendiri (http://hanacaunseling.blogspot.com, diakses tanggal 21 April 2010 pukul 09.00 WIB).
Dari potret gambaran buruknya program penjurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA), sangat terlihat ketika seorang siswa memasuki gerbang perguruan tinggi maupun memasuki dunia kerja. Tidak sedikit dari siswa SMA yang terombang ambing dikarenakan bingung saat mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) disamping mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Nasional. Hal ini juga akan terlihat saat memasuki dunia kerja, banyak siswa baik lulusan SMA maupun SMK tercengang ketika melihat gambaran mengenai dunia kerja yang mereka harapkan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan, tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan data statistik pada Biro Pusat Statistik (BPS-RI : 2002), jumlah pengangguran terbuka (open unemployment) di tanah air sebanyak 9.132.104 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 41.2% (3.763.971) jiwa adalah tamatan SMA (jenjang pendidikan menengah), Diploma, Akademi dan Universitas atau ”pengangguran terpelajar”. Di antara jumlah pengangguran tersebut, 2.651.809 jiwa tergolong Hopekss of job (merasa tidak yakin mendapatkan pekerjaan), 436.164 jiwa lainnya adalah tamatan SMA, Diploma, Akademi dan Universitas (http://petamasadepanku.net/pengambilan-keputusan-untuk-profesi-pada-siswa/, diakses tanggal 13 April 2010 jam 18.00 WIB).
Di antara Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), terdapat perbedaan substansial dalam kebutuhan perkembangan dan kematangan kariernya. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan karier, di antaranya adalah (1) Faktor-faktor yang bersumber pada diri individu, meliputi kemampuan intelijensi, bakat, minat, kepribadian dan potensi-potensi lainnya; (2) Faktor-faktor sosial, meliputi kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer terdiri dari keluarga, sedang kelompok sekunder terdiri dari keadaan, sifat, sikap, tujuan dan nilai-nilai dari kelompok sbaya.
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya. Termasuk didalamnya adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis, umum, program spesialisasi dan latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu terus menerus.
Di dalam pendidikan formal terdapat suatu program yang bertugas membantu secara profesional dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh para siswa. Program tersebut adalah Bimbingan dan Konseling. Salah satu layanan yang diberikan adalah layanan informasi bimbingan karier. Layanan informasi bimbingan karier adalah salah satu bidang bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karier atau pekerjaan untuk menyesuaikan diri yang sebaik-baiknya demi masa depannya sehingga akan berpengaruh pada masa depannya. Berbagai informasi yang diberikan bertujuan agar para siswa dapat mengenal dan memperoleh pemahaman diri dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan, sosial dan masalah kemasyarakatan lainnya serta mempertimbangkan suatu pekerjaan yang akan dijadikan sebagai bahan untuk mengambil keputusan.
Bimbingan karier yang ideal adalah suatu proses perkembangan yang berkesinambungan, berfungsi membantu para siswa melalui perantara kurikuler terutama dalam hal perencanaan karier, pembuatan keputusan, perkembangan keterampilan atau keahlian, informasi karier dan pemahaman diri.
Adanya layanan informasi bimbingan karier diharapkan dapat menimbulkan kemandirian memilih karier siswa. Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis merupakan suatu tugas bagi remaja. Dalam hal ini menggambarkan bentuk sikap dimana seorang siswa mampu memahami diri, memahami kemampuannya, menemukan sendiri apa yang dilakukan, menentukan dalam kemungkinan-kemungkinan dari hasil perbuatannya dan akan memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya serta tidak akan terpengaruh apalagi meminta bantuan kepada orang lain. Dengan kemandirian, remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alterrnatif lain, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya (http://daffodilmuslimah.multiply.com, diakses 5 Mei 2010 pukul 19.39 WIB).
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa layanan informasi bimbingan kerier perlu diberikan kepada siswa untuk menyaring serta menyeleksi potensi yang dimiliki oleh para siswa dalam menentukan pilihannya untuk mewujudkan dirinya pada pekerjaan atau jabatan atau karier yang akan ditempuh dikemudian hari.
Makin banyak informasi yang tepat dan benar yang diperoleh para siswa mengenai dirinya dan berhubungan dengan masalahnya, maka makin cocok keputusan yang diambil.
Melihat kenyataan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui ”Adakah Pengaruh Layanan Informasi Bimbingan Karier Terhadap Kemandirian Memilih Karier Siswa SMA”.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
”Adakah pengaruh yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa?”.

C.     Tujuan Penelitian

Melihat paparan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk menguji signifikansi pengaruh layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa kelas XII SMA Muh. 5 Karanggeneng Lamongan.


D.    Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang telah terurai maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut. Terdapat pengaruh yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa.

E.     Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu layanan informasi bimbingan karier bagi para siswa sebagai variabel bebas, dan kemandirian memilih karier siswa sebagai variabel terikat.
Kedua variabel tersebut secara operasional penulis definisikan sebagai berikut.
1.      Kemandirian memilih karier siswa adalah lima kebutuhan menurut teori Jhon L Holland yang berperan menumbuhkan, menggerakkan dan memelihara kesanggupan siswa untuk melakukan pemilihan jabatan yang mencakup, pertama percaya diri, kedua bertanggung jawab, ketiga selalu mengembangkan diri, keempat tekun, kreatif dan inisiatif, kelima ingin melakukan sendiri.
2.      Layanan informasi bimbingan karier bagi para siswa adalah layanan informasi dalam bimbingan karier yang diberikan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling kepada para siswa yang berlangsung di dalam kelas selama 10X pertemuan dengan materi, pertama layanan informasi bimbingan karier dengan topik mengenal minat karier siswa, kedua layanan informasi bimbingan karier dengan topik memahami abilitas siswa, ketiga layanan informasi bimbingan karier dengan topik memahami karakteristik kepribadian siswa, keempat layanan informasi bimbingan karier dengan topik nilai-nilai dan sikap karier, kelima layanan informasi bimbingan karier dengan topik kekuatan dan kekurangan diri, keenam layanan informasi bimbingan karier dengan topik informasi karier, ketujuh layanan informasi bimbingan karier dengan topik mengenal macam-macam fakultas di Perguruan Tinggi, kedelapan layanan informasi bimbingan karier dengan topik memilih jurusan di perguruan tinggi, kesembilan layanan informasi bimbingan karier dengan topik memasuki dunia kerja, kesepuluh layanan informasi bimbingan karier dengan topik memilih pekerjaan yang tepat sesuai dengan minat dan bakat.

F.      Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat bermanfaat karena hasilnya dapat berguna bagi peneliti, guru BK, dan lembaga pendidikan tempat mengajar.
Bagi peneliti akan memberikan pengalaman praktis dalam menyelenggarakan penelitian sebagai wujud upaya peningkatan kompetensi dalam bidang bimbingan dan konseling. Peningkatan kompetensi ke depan merupakan aspek paling penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan profesi bimbingan dan konseling di tanah air.
Manfaat bagi guru BK, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai masukan atau salah satu referensi dalam upaya untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah.
Manfaat bagi lembaga pendidikan tempat penelitian, hasil penelitian dapat memberikan informasi dalam rangka peningkatan program pendidikan di sekolah, khususnya peningkatan program bimbingan dan konseling sebagai bagian terpadu dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.





























BAB II
KAJIAN PUSTAKA



            Pada bab ini akan diuraikan tentang kemandirian memilih karier, layanan informasi bimbingan karier serta  pengaruh layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa.

A.     Kemandirian Memilih Karier

1.      Pengertian Kemandirian Memilih Karier
Definisi kemandirian menurut Mungin Edi Wibowo (1992:69) diuraikan sebagai tingkat perkembangan seseorang dimana ia mampu berdiri sendiri dan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri dalam melakukan berbagai kegiatan dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.
Definisi yang lain mengenai kemandirian dikemukakan oleh beberapa peneliti sebagai berikut. Purwodarminto dalam Eri Erawati (1992:555) kemandirian adalah hal atau keadaan yang dapat berdiri sendiri tanpa berrgantung pada orang lain, sedangkan menurut Sukadji dalam Eri Erawati (1986:19), kemadirian adalah mampu mengatur diri sendiri sesuai dengan hak-hak dan kewajiban yang dimiliki, mampu menentukan nasib sendiri, tidak bergantung pada orang lain sampai batas kemampuannya, mampu bertanggung jawab atas keputusan, tindakan dan perasaanya ( http://digilib.unnes.ac.id, diakses tanggal 17 Maret 2010 pukul 19.00 WIB).
Definisi kemandirian secara spesifik dirumuskan oleh Hartono (2010:40) sebagai berikut: (a) kemandirian yang diadaptasikan dari konsep autonomy dapat didefinisikan secara spesifik sebagai self direction yang artinya kemampuan seseorang dalam mengatur aktivitas dirinya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan; (b) kemandirian seseorang sebagai hasil belajar yang terbentuk sebagai proses interaksi antara individu dengan lingkungannya; (c) kemandirian merupakan kebebasan individu yang bertanggung jawab, untuk melakukan sesuatu yang dianggap benar dan perlu dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan orang lain; (d) kemandirian sangat terpuji untuk dimiliki setiap individu.
Berdasarkan beberapa definisi kemandirian di atas, maka penulis menyimpulkan kemandirian adalah bertingkah laku atau melakukan sesuatu secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan kemampuannya sendiri tanpa bergantung pada orang lain yang hasilnya dapat digunakan untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Beberapa teori yang mengemukakan tentang pengertian pemilihan karier di antaranya yaitu: (a) Teori Jhon L Holland dalam Dewa Ketut Sukardi (1994:72) mengungkapkan bahwa pemilihan jabatan adalah merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting; (b)Teori Huppock dalam Dewa Ketut Sukardi (1994:70), pekerjaan jabatan atau karier yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan itu paling baik untuk kebutuhannya. Pemilihan karier merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hayat bagi mereka yang mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya.   
Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pemilihan jabatan atau memilih karier adalah keputusan yang menyangkut pekerjaan, jabatan dan masa depannya terhadap karier yang menjadi pilihan.
Sebelumnya telah dipaparkan definisi kemandirian dan definisi pemilihan jabatan atau memilih karier. Bila konsep kemandirian dipadukan dengan konsep pemilihan jabatan atau memilih karier, maka penulis menyimpulkan kemandirian dalam memilih karier adalah kondisi siswa yang mampu untuk memilih karier atas kemampuan dirinya dan tidak bergantung pada orang lain, memiliki rasa kemantapan diri dalam memilih karier yang manjadi pilihannya serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap pilihan kariernya agar masa depannya sesuai dengan yang diharapkan siswa.

2.      Ciri-ciri Kemandirian Memilih Karier
Menurut Hartono (2010:43), kemandirian memilih karier ditandai oleh lima ciri sebagai kriterianya, yaitu: (a) percaya diri; (b) bertanggung jawab; (c) mengarahkan dan mengembangkan diri; (d) tekun, kreatif dan inisiatif; (e) ingin melakukan sendiri. Kelima kriteria kemandirian memilih karier ini, penulis uraikan sebagai berikut.
Percaya diri. Perasaan yakin terhadap kemampuan yang dimiliki membuat siswa merasa senang, optimis, dan mantap menekuni bidang karier yang dipilih. Bimbingan karier memberikan dorongan positif kepada siswa dalam menumbuhkan rasa percaya dengan kemampuan diri sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Rasa percaya tersebut menunjukkan adanya sikap kemandirian dari siswa yang telah memahami diri dan kemampuannya. Dengan rasa percaya diri mampu memberikan dorongan positif kepada siswa dalam memilih bidang karier sesuai dengan keinginannya.
Bertanggung jawab. Merupakan suatu bentuk sikap siswa yang menunjukkan adanya usaha yang sungguh-sungguh dalam menekuni bidang karier yang dipilih, karena sadar akan diri dan masa depannya agar kehidupan yang akan dijalani sesuai dengan harapan yang diinginkan. Dalam hal ini siswa menunjukkan adanya usaha yang keras dan sungguh-sungguh dalam menekuni bidang karier yang diinginkan dengan belajar dan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Siswa bersedia melakukan usaha yang berhubungan dengan bidang kariernya karena sadar akan tujuan atau cita-cita yang ingin diwujudkan sesuai dengan harapan. Kesadaran mampu melahirkan dorongan dan semangat yang tentunya akan memberikan dampak yang positif terhadap bidang karier yang dipilihnya. Karena adanya motivasi yang positif terhadap karier yang akan ditekuni menunjukkan adanya tanggung jawab terhadap bidang karier yang akan dipilihnya. Kondisi tersebut jelas menunjukkan adanya kemandirian dalam memilih karier.
Mengarahkan dan Mengembangkan Diri. Merupakan suatu bentuk sikap dimana siswa mampu menerima secara lebih hasil pemahaman diri dan pemahaman kariernya. Ia sanggup mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan pengembangan diri dan pengembangan kariernya. Dalam hal ini siswa tertarik melakukan berbagai aktivitas pengembangan diri berdasarkan arah pemilihan kariernya dan melakukan berbagai aktivitas ke arah pemilihan karier yang diinginkan. Melalui layanan informasi bimbingan karier siswa diarahkan untuk terdorong dan menumbuhkan rasa senang terbih dahulu dengan bidang karier yang akan dipilih, agar dalam menekuninya nanti terasa ringan tanpa beban. Adanya dorongan dalam diri siswa, menyebabkan siswa mampu memilih karier yang sesuai dengan keinginannya. Dorongan tersebut merupakan bentuk kemandirian dalam memilih karier siswa, karena dengan dorongan tersebut siswa mampu untuk menumbuhkan rasa senang, ringan tanpa beban dan bersemangat dalam menekuni bidang kariernya.
Tekun, Kreatif dan Inisiatif. Dalam menekuni bidang karier yang akan dijalani maupun yang akan dipilih, diperlukan adanya usaha yang sungguh-sungguh dan konsentrasi. Hal ini dilakukan agar hasil yang dipilih maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Ketelatenan yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan dalam memahami bidang karier yang sedang dijalani, akan menjadikan siswa berhasil dalam berkarier. Ini menjadi penting ketika siswa yang sedang menekuni bidang kariernya mampu mencapai tingkat prestasi yang menyebabkan siswa memiliki nilai lebih. Melalui layanan informasi bimbingan karier siswa diarahkan untuk selalu sabar, telaten, rajin. Thingking new thing dalam mendalami bidang karier yang akan ditekuninya nanti. Dengan ketekunan, kreatif dan inisiatif, menjadikan siswa mampu untuk memilih karier yang sesuai dengan harapannya. Sikap ini menujukkan kemandirian dalam memilih karier siswa.
Ingin Melakukan Sendiri. Melalui layanan informasi bimbingan karier, siswa mampu dalam memilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya. Dalam memilih karier siswa tidak harus mengikuti kehendak dan kemauan orang lain. Pemilihan itu dilakukan dengan pertimbangan sendiri dan merupakan hasil keputusan yang telah matang dari diri siswa. Siswa yang telah memiliki kemandirian dalam memilih kariernya tidak akan menggantungkan nasib kariernya kepada orang lain, karena ia mampu melakukan strategi pengambilan keputusan karier berdasarkan pemahaman diri, pemahaman karier serta peluang karier yang ada.

3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Memilih Karier
Sikap mandiri yang dimiliki oleh siswa dalam menentukan pilihan karier yang sesuai dengan pemahaman dirinya, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada dalam diri siswa dan di luar diri siswa. Hal ini menjadi dorongan terssendiri ketika siswa memutuskan dalam memilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya tanpa adanya campur tangan dari pihak lain.
Faktor Endogen. Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak sendiri, yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis meliputi  keadaan diri siswa yang terlihat atau badani. Sedangkan faktor psikologis meliputi keadaan diri siswa yang tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan perubahannya. Misalnya inteligensi, bakat, minat, sikap, kepribadian, hoby atau kegemaran, prestasi, keterampilan penggunaan waktu senggang, pengetahuan tentang dunia kerja, kemampuan, keterbatasan dan penampilan fisik, masalah dan keterbatasan pribadi.
Faktor Eksogen. Merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak, yaitu keluarga, sosial ekonomi keluarga, pergaulan teman sbaya, sekolah dan masyarakat. Faktor yang berasal dari keluarga misalnya status sosial ekonomi dan pola asuh orangtua yang sangat berpengaruh dalam menumbuhkan sikap kemandirian anak. Faktor yang berasal dari lingkungan sekolah, hal ini ditimbulkan dari keteladanan dan kondisi lingkungan sekolah yang bbergerak pada bidang pendidikan. Sedangkan faktor yang berasal  dari lingkungan masyarakat merupakan faktor yang ditimbulkan dari adanya pengaruh pola hidup yang diterapkan orang-orang disekitarnya(http://digilib.unnes.ac.id, diakses tanggal 17 Maret 2010 pukul 19.00 WIB).
Menurut Jhon L Holland, ada dua hal yang mempengaruhi arah pilihan jabatan, pertama pengaruh pengetahuan diri dan yang kedua pengaruh luar atau lingkungan.
Pengaruh Pengetahuan Diri. Pengaruh pengetahuan diri ini lebih ditujukan pada pengetahuan diri individu tentang dirinya dan orang lain. Pengetahuan diri sendiri mempunyai peranan untuk meningkatkan (increase) atau mengurangi (decrease) ketepatan pilihan seseorang. Pengetahuan diri ini diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai kemungkinan lingkungan dipandang dari sudut kemampuannya sendiri, namun ada perbedaaan mendasar antara penilaian diri dan pengetahuan diri. Penilaian diri menitikberatkan pada penghargaan terhadap dirinya sedangkan pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Tinggi rendahnya pengetahuan diri seseorang akan terlihat dari tepat atau tidaknya beberapa pilihan atau keputusan yang diambil.
Pengaruh Luar atau Lingkungan. Pengaruh ini memiliki faktor yang sangat luas. Dijelaskan bahwa dalam memilih jabatan atau pekerjaan, individu dapat dipengaruhi dengan tekanan sosial seperti: tuntutan orang tua, pengaruh dari masa kecil, lingkungan pergaulan. Hal tersebut sangat mempengaruhi individu dalam hasil pengukuran pada tingkat hirarki dan hirarki perkembangan(http://faizperjuangan.wordpress.com/2008/02/12/, diakses tanggal 22 Mei 2010 pukul 19.45 WIB).


4.      Teori CIP (Cognitive Information Processing)
Tujuan pendekatan CIP adalah untuk membantu individu membuat suatu pilihan karier saat ini yang tepat dan belajar meningkatkan keterampilan pemecahan masalah serta pengambilan keputusan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan di masa mendatang. Pendekatan CIP memungkinkan para konselor untuk secara terus-menerus menangani permasalahan-permasalahan karier konseli saat ini dan juga mengajari mereka keterapilan untuk membuat keputusan karier selama rentang kehidupan.
Peterson dalam katresma (2009) menggambarkan konstruk-konstruk CIP sebagai seperangkat lingkaran-lingkaran konsentris yang meluas. Seorang individu bergerak dari lingkaran yang paling dalam, suatu permasalahan karir, melalui serangkaian konstruk, ruang permasalahan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan karir, dan pengembangan karir, pada suatu lingkaran yang luas dan mencakup keseluruhan  prestasi dari suatu gaya hidup.
Pendekatan CIP membantu perkembangan klien ke arah suatu ”solusi optimal”.  Proses tersebut dimulai dengan suatu pemahaman akan diri dan pekerjaan. Dua basis pengetahuan diri dan pekerjaan, mendasarkan proses-proses metakognitif dari pengambilan keputusan (http://katresma72.wordpress.com, diakses tanggal 22 November 2010 jam 13.00 WIB).

5.      Pendekatan CASVE
CASVE sebagai pendekatan proses pengambilan keputusan karier (career-decision making) mempunyai lima komponen yang saling berkaitan yaitu sebagai berikut.
Komunikasi (communication). Tahap ini dimulai ketika seseorang menyadari adanya suatu masalah (problem) dan sedang merasakan adanya masalah tersebut. Seseorang merasakan atas kebutuhan untuk membuat suatu pilihan yang baik dan ingin belajar bagaimana cara yang harus dilakukannya, yang didorong oleh adanya kesenjangan antara kebimbangan disatu pihak. Seseorang menjadi tegang atas keadaan yang dihadapinya, atas kondisi yang terjadi saat ini dengan kondisi yang diinginkan.
Analisis (analysis). Pada tahap ini seseorang memahami adanya hubungan timbal balik antar komponen yang terlibat dalam suatu masalah (problem). Mengapa masalah terjadi, dan bagaimana cara memecahkannya. Untuk kepentingan ini diperlukan pemahaman diri (minat, kapabilitas, nilai-nilai dan sikap), dan pemahan tentang kondisi karier (ragam karier, peluang, kelebihan dan kelemahan) merupakan informasi yang sangat dibutuhkan.
Sintesis (synthesis). Tahap ini meliputi dua fase, yaitu fase elaborasi (elaboration) dan fase kristalisasi (crystallization). Pada fase elaborasi, seseorang mengidentifikasi beberapa alaternatif yang berkembang dan potensial, sedangkan pada fase kristalisasi individu melakukan proses untuk membatasi alternatif yang sedang dikaji untuk dibuat suatu daftar pilihan-pilihan.
Menilai (valuing). Pada tahap ini, seseorang melakukan kajian atau alternatif (daftar pilihan pekerjaan, program studi atau pendidikan karier atau job) yang dikaitkan dengan sistem nilai, dan membuat suatu prioritas alternatif yang dipilih. Untuk melakukan penilaian digunakan kriteria atau tolok ukur tertentu yang dapat diterima oleh sistem nilai masyrakat.  
Eksekusi (execution). Tahap ini disebut sebagai fase implementasi pilihan yang merupakan tahap akhir dalam siklus pengambilan keputusan karier. Seseorang membutuhkan beberapa informasi terkait dengan pengembangan suatu rencana atau strategi. Proses pengambilan keputusan memerlukan keterampilan-keterampilan dalam memecahkan masalah, yang didalamnya terdapat pemahaman atas tugas atau orientasi tujuan dan keterampilan-keterampilan tentang pendekatan. Memantau dan melakukan pengendalian atas tugas-tugas dan mempelajari strategi-strateginya.

B.     Layanan Informasi Bimbingan Karier
1.      Pengertian Layanan Informasi Bimbingan Karier
Informasi pekerjaan, jabatan atau karier menurut Shertzer.,B & Stone., Chelly C dalam Dewa Ketut Sukardi (1992:112) adalah informasi pekerjaan yang valid dan data yang dapat dipergunakan pada posisi-posisi pekerjaan dan fingsi-fungsi pekerjaan termasuk pula kewajiban atau tugas-tugas, persyaratan memasuki dan kondisi-kondisi kerja dan imbalan yang ditawarkan, syarat-syarat kemajuan dalam promosi dan juga penawaran dan permintaan yang dapat diprediksi terhadap pekerja-pekerja dan sumber untuk informasi lebih lanjut.
Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi (1994:113) informasi jabatan atau karier adalah merupakan salah satu alat yang dipergunakan untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri, dunia kerja pada umumnya serta aspek-aspek dunia kerja pada khususnya, maka kepada pembimbing termasuk pada konselor sekolah diharapkan memiliki serta memahami informasi karier yang cukup memadai guna menyusun dan melaksanakan Program Layanan Bimbingan Karier di Sekolah.
Definisi yang lain mengenai informasi karier dikemukakan oleh Hartono (2010:112) sebagai berikut. Informasi karier adalah berbagai keterangan, fakta dan ide mengenai karier yang disajikan dalam bentuk kuantitatif, kualitatif atau gabungan keduannya. Berbagai informasi karier mencakup informasi tentang kesuksesan kerja seseorang dalam berbagai bidang, macam-macam kerja, kondisi aktivitas kerja (aktivitas kerja yang memberikan pelayanan kepada manusia, aktivitas kerja yang menggunakan peralatan atau teknologi, dan aktivitas kerja yang berada diruang terbuka), kompensasi kerja seperti gaji, jaminan kesehatan dan hati tua atau pensiun, syarat pekerjaan yaitu kompetensi yang dimiliki, jenjang pendidikan, pengalaman kerja dan informasi berbagai perguruan tinggi yang terkait dengan jenis pekerjaan.
Berdasarkan beberapa definisi informasi karier di atas, maka penulis menyimpulkan layanan informasi bimbingan karier adalah suatu layanan yang diberikan oleh konselor kepada konseli yang berlangsung dalam kelas melalui komunikasi langsung, yang bertujuan agar konseli dapat memperoleh informasi karier, dalam hal ini mengenai perkembangan dunia kerja, kondisi dunia kerja, informasi berbagai jenis perguruan tinggi yang terkait dengan dunia kerja dan sebagainya serta memperoleh pemahaman diri yakni minat, kemampuan, keterampilan, kepribadian, sikap dan nilai-nilai.

2.      Tujuan Layanan Informasi Bimbingan Karier
Prayitno dan Erman Amti (2004:260), mengungkapkan ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan. (a) membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial budaya. Dalam masyarakat yang serba majemuk dan semakin kompleks, pengambilan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagian terletak di tangan individu itu sendiri. Dalam hal ini, layanan informasi berusaha merangsang individu untuk dapat secara kritis mempelajari berbagai informasi berkaitan dengan hajat hidup perkembangannya; (b) memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya ” kemana dia ingin pergi ”. Syarat dasar untuk dapat menentukan arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis berdasarkan atas informasi yang diberikan itu. Individu diharapkan dapat membuat rencana dan keputusan tentang masa depannya serta bertanggung jawab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya itu; (c) setiap individu adalah unik. Keunikan itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu. Pertemuan antara keunikan individu dan variasi kondisi yang ada di lingkungan dan masyarakat yang lebih luas, diharapkan dapat menciptakan berbagai kondisi baru baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi masyarakat, yang semuanya itu sesuai dengan keinginan individu dan masyarakat. Dengan demikian akan terciptalah dinamika perkembangan individu dan masyarakat berdasarkan potensi positif yang ada pada diri individu dan masyarakat.
Sedangkan menurut Hartono (2010:111), informasi karier sangat berguna untuk memperoleh pemahaman karier, perencanaan karier, menentukan alternatif pilihan karier, dan melakukan evaluasi terhadap alternatif pilihan karier.
Pemahaman karier (occupational knowledge) adalah derajat penguasaan siswa tentang dunia karier yang ditandai dengan pengenalan mendalam mengenai berbagai informasi karier. Artinya tingkat pemahaman karier seorang siswa ditunjukkan oleh tingkat penguasanya terhadap berbagai informasi karier tersebut.
Perencanaan karier (carrier pleaning) adalah suatu proses untuk menyusun dan melaksanakannya dalam upaya meraih suatu karier yang diinginkan. Kegiatan tersebut pada umumnya berisi berbagai aktivitas akademik yang sesuai dengan suatu karier.
Alternatif pilihan karier (my option) adalah suatu daftar kemungkinan pilihan karier yang dibuat oleh siswa. Berdasarkan pemahaman diri dan pemahaman karier, siswa diharapkan mampu membuat daftar pilihan kariernya.
Evaluasi alternatif pilihan karier. Alternatif pilihan karier yang dibuat oleh siswa perlu direvisi oleh siswa sendiri. Untuk melakukan evaluasi ini diperlukan berbagai informasi baik mengenai dunia kerja maupun mengenai nilai-nilai karier. Informasi ini diperlukan untuk membuat pertimbangan dalam membatasi alternatif pilihan karier.
   
3.      Materi Layanan Informasi Bimbingan Karier
Dalam penelitian ini penulis membatasi materi layanan informasi dalam bimbingan karier yang diberikan kepada siswa, yakni: (a) layanan informasi bimbingan karier dengan topik mengenal minat karier siswa; (b) layanan informasi bimbingan karier dengan topik memahami abilitas siswa; (c) layanan informasi bimbingan karier dengan topik memahami karakteristik kepribadian siswa; (d) layanan informasi bimbingan karier dengan topik nilai-nilai dan sikap karier siswa; (e) layanan informasi bimbingan karier dengan topik kekuatan dan kekuatan diri; (f) layanan informasi bimbingan karier dengan topik informasi karier; (g) layanan informasi bimbingan karier dengan topik mengenal macam-macam fakultas dan jurusan di perguruan tinggi; (h) layanan informasi bimbingan karier dengan topik memilih jurusan diperguruan tinggi; (i) layanan informasi bimbingan karier dengan topik memasuki dunia kerja; (j) layanan informasi bimbingan karier dengan topik memilih pekerjaan yang tepat sesuai dengan minat dan bakat.
Minat karier adalah suatu sikap ketertarikan pada suatu bidang karier tertentu yang disertai adanya perhatian dan perasaan senang dalam melakukan aktivitas bidang karier tersebut. Dengan adanya layanan informasi bimbingan karier, diharapkan siswa dapat (1) mempunyai perhatian yang kuat; (2) perasaan untuk menyukai suatu objek; (3) terarah pada suatu objek; (4) adanya aktivitas, yaitu ketertarikan mengerjakan suatu objek (perwujudan dalam bentuk adanya suatu kehendak pada kegiatan atau aktivitas yang diminati).
Abilitas adalah kemampuan atau kecerdasan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau aktivitas. Dengan adanya layanan informasi bimbingan karier, diharapkan siswa dapat menguraikan sejauh mana kecerdasannya dalam melakukan perbuatan atau aktivitas. Perbuatan atau aktivitas ini bisa mencakup banyak hal seperti aktivitas untuk memahami sesuatu hal yang bersifat abstrak dan konkrit, aktivitas untuk memecahkan masalah (problem solving), aktivitas belajar dan aktivitas untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat.
Kepribadian adalah suatu sistem yang terorganisasi dari berbagai sifat-sifat unik yang menentukan perwujudan perilaku seseorang. Diharapkan dengan adanya layanan informasi bimbingan karier kepribadian seorang siswa berpengaruh terhadap kinerjanya.
Nilai dan sikap karier. Nilai-nilai sikap karier siswa adalah keyakinan-keyakinan siswa bahwa karier sebagai suatu hal yang dianggapnya baik. Adanya keyakinan ini, memicu mereka memandang karier sebagai suatu kebutuhan hidup, karier harus diraih dan dipertahankan, karier sebagai tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan keluarga, dan karier sebagai sarana kelangsungan hidup dimasyarakat. Diharapkan dengan adanya layanan informasi bimbingan karier, siswa memiliki sikap positif (positive attitude) pada  masalah karier, cenderung menunjukkan perilaku optimis pada dunia kerja, memandang dirinya mampu bekerja, menunjukkan usaha keras dan memiliki daya tahan, berpikiran positif pada keadaan apapun, memandang kegagalan sebagai peluang yang harus diatasi dan bentuk-bentuk perilaku positif lainnya.
Kekuatan dan kekurangan diri. Kekuatan diri adalah seperangkat kemampuan individu yang bersifat internal yang menunjang pelaksanaan aktivitas dalam mencapai tujuan, kepribadian, nilai-nilai dan sikap. Sedangkan kekurangan diri merupakan sejumlah keterbatasan yang dimiliki individu yang dapat menghambat usaha dan tujuan. Diharapkan dengan adanya layanan informasi bimbingan karier, siswa mampu menggambarkan diri (baik kekuatan maupun kekurangan diri) secara positif, sehingga dapat mencapai berbagai kemandirian dalam pillihan kariernya.
Informasi karier. Informasi karier adalah berbagai keterangan, fakta dan ide mengenai karier. Informasi karier merupakan faktor penting  dan diperlukan siswa khususnya untuk memperoleh pemahaman karier. Diharapkan dengan adanya layanan informasi bimbingan karier, siswa mampu menggambarkan seberapa besar informasi karier yang di dapat, sehingga dapat berpengaruh dalam memilih karier sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat yang dimiliki.
Mengenal macam-macam fakultas di perguruan tinggi. Fakultas adalah bagian perguruan tinggi tempat mempelajari bidang ilmu yang terdiri atas beberapa jurusan. Di Surabaya banyak universitas menyediakan beberapa fakultas, sebagai contoh: fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP); fakultas teknik (FT); fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam (FMIPA);  fakultas ekonomi (FE); fakultas kedokteran. Diharapkan dengan adanya layanan informasi bimbingan karier, siswa mampu mengenal dan mengetahui berbagai macam fakultas yang tersedia di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, sehingga dapat berpengaruh dalam memilih karier sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat yang dimiliki.
Memilih jurusan di perguruan tinggi. Jurusan adalah bagian dari suatu fakultas atau sekolah tinggi yang bertanggung jawab mengelola dan mengembangkan suatu bidang studi. Diharapkan dengan adanya layanan informasi bimbingan karier siswa mampu memilih jurusan sesuai dengan kemampuan dan karier yang akan ditempuh.
Memasuki dunia kerja. Banyak hal yang akan dihadapi oleh setiap orang pada saat memasuki dunia kerja. Pengetahuan tentang dunia kerja adalah segala informasi tentang dunia kerja baik yang diminati oleh siswa maupun tidak. Diharapkan dengan adanya layanan informasi bimbingan karier, siswa dapat mencapai kematangan dalam pemilihan karier, serta memiliki wawasan yang luas dan jelas mengenai berbagai pekerjaan.
Memilih pekerjaan yang tepat sesuai dengan minat dan bakat. Bakat, minat dan kemampuan merupakan satu keterikatan yang dimiliki seseorang dalam pilihan karier. Dengan adanya layanan informasi bimbingan karier, siswa dapat mengetahui dan memilih pekerjaan apa yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.

4.      Metode dan Media Layanan Informasi Bimbingan karier
Untuk banyak memahami berbagai informasi yang akan dibutuhkan siswa, konselor juga seyogyanya dapat menguasai berbagai teknik penyampainnya secara variatif dan menyenangkan. Tanpa didukung kekayaan informasi dikhawatirkan menjadi tidak memiliki daya tarik dihadapan siswa.
Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:269), pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti metode dan ceramah, diskusi, karya wisata, buku panduan, konferensi karier.
Ceramah, merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan oleh hampir setiap petugas bimbingan di sekolah. Disamping itu, teknis ini juga tidak memerlukan prosedur dan biaya yang banyak. Penyajian informasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah, konselor, guru-guru, dan staf sekolah lainnya. Atau dapat juga dengan mendatangkan narasumber, misalnya dari lembaga-lembaga pendidikan, Departemen Tenaga Kerja, badan-badan usaha, dan lain-lain.
Diskusi, suatu pendekatan yang kegiatannya bercirikan  ketertarikan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan. Dalam hal ini perencanaan karier atau pekerjaan, dimana siswa sejujurnya berusaha untuk memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan, mempelajari dan mempertimbangkan pendapat siswa yang lain secara jujur.
Karyawisata. Penggunaan karyawisata berfungsi membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif, menghendaki siswa berpartisipasi secara penuh baik dalam  persiapan maupun pelaksanaan berbagai kegiatan terhadap objek yang dikunjungi.
Buku panduan. Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan tinggi, buku panduan kerja bagi karyawan) dapat membantu siswa dalam mendapat banyak informasi yang berguna. Selain itu siswa juga dapat diajak membuat ”buku karier” yang merupakan kumpulan berbagai artikel dan keterangan tentang pekerjaan atau pendidikan dari koran-koran dan media cetak lainnya. Pembuatan buku-buku dibawah bimbingan langsung konselor. Versi lainnya adalah menempelkan potongan atau guntingan rubrik yang mengandung nilai informasi pendidikan jabatan dari koran atau majalah pada papan bimbingan.
Konferensi karier. Dalam konferensi karier, para narasumber dari kelompok-kelompok usaha, jawatan atau dinas lembaga pendidikan, mengadakan penyajian tentang berbagai aspek program pendidikan dan latihan atau pekerjaan yang diikuti oleh para siswa. Penyajian itu dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi yang secara langsung melibatkan siswa.
Dalam penelitian ini penulis membatasi media yang digunakan dalam penyampaian layanan informasi dalam bimbingan karier yakni alat tulis, Lembar Kerja Siswa (LKS) paket layanan BK, LCD, dan laptop.

C.     Pengaruh Layanan Informasi Bimbingan Karier Terhadap Kemandirian Memilih Karier Siswa
Kemandirian memilih karier adalah kondisi siswa yang mampu untuk memilih karier atas kemampuan dirinya dan tidak bergantung pada orang lain, memiliki rasa kemantapan diri dalam memilih karier yang menjadi pilihannya serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap pilihan kariernya agar masa depannya sesuai dengan yang diharapkan.
Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis merupakan suatu tugas bagi remaja. Dalam hal ini menggambarkan bentuk sikap dimana seorang siswa mampu memahami diri, memahami kemampuannya, menemukan sendiri apa yang dilakukan, menentukan dalam kemungkinan-kemungkinan dari hasil perbuatannya dan akan memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya serta tidak akan terpengaruh apalagi meminta bantuan kepada orang lain.
Sikap mandiri yang dimiliki oleh siswa dalam menentukan pilihan karier yang sesuai dengan pemahaman dirinya, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada dalam diri siswa dan di luar diri siswa. Hal ini menjadi dorongan tersendiri ketika siswa memutuskan dalam memilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya tanpa adanya campur tangan dari pihak lain.
Berdasarkan hasil penelitian Arifah (2005) di SMK N 2 MAGELANG bahwa bimbingan karier berpengaruh cukup signifikan terhadap kemadirian siswa dalam memilih karier sebesar 38,3% maka hendaknya pihak sekolah senantiasa melaksanakan keefektifan layanan bimbingan agar para siswa mandiri dalam mengambil keputusan yang tepat untuk memilih kariernya  ( http://digilib.unnes.ac.id diakses tanggal 17 Maret 2010 pukul 19.00 WIB).
Dari wacana di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa adalah membantu siswa belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya.




























BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai rancangan penelitian, populasi dan sample, metode pengumpulan data serta metode analisis data.

A.     Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian praeksperimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest Design, yang bertujuan untuk mengetahui taraf signifikansi pengaruh layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian dalam memilih karier siswa. Rancangan penelitian ini diuraikan pada gambar 3.1 sebagai berikut.

TI                     X                     T2                                     
 
Pretest                                  Treatment                               Posttest



Gambar 3.1
Rancangan Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

Keterangan
T1 adalah pretest (pengukuran kemandirian memilih karier siswa sebelum diberikan treatment).
T2 adalah posttest (pengukuran kemandirian memilih karier siswa sesudah diberikan treatment).
X   adalah treatment
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (1) mengumpulkan data kemandirian memilih karier siswa dengan menggunakan skala pengukuran; (2) memberikan treatment berupa layanan informasi bimbingan karier bagi para siswa yang ditunjuk sebagai subyek penelitian sebanyak 10 kali tatap muka (satu kali tatap muka 45 menit); (3) mengukur lagi kemandirian memilih karier siswa dengan memberikan skala pengukuran; (4) melakukan uji beda dengan menerapkan metoda statistika dan menggunakan rumus uji t;  (5) menarik suatu simpulan dari uji t tersebut.

B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi Penelitian
Penelitian ini mengambil populasi pada seluruh siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan dalam semester ganjil tahun 2010/2011 sejumlah 98 orang siswa yang terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas XII IPA-1 (33 siswa), XI IPA-2 (30 siswa), XII IPS (30 siswa). Rincian populasi penelitian ini diuraikan pada tebel 3.1 sebagai berikut.



Tabel 3.1
Populasi siswa kelas XII IPA dan IPS
SMA Muh. 5 Karanggeneng Lamongan

No
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1.
XII IPA-1
10
23
33
2.
XII IPA-2
10
20
30
3.
XII IPS
26
9
35
Jumlah
46
52
98


2.      Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah 30 siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan yang diambil secara random sampling dari anggota populasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menggunting kertas kecil-kecil yang kemudian di isi nomor absen masing-masing siswa; (2) menggulung kertas yang telah diberi nomor; (3) kertas yang telah digulung dimasukkan dalam wadah, kemudian dikocok; (4) mengambil gulungan sesuai dengan jumlah yang ditentukan. Rincian semua anggota sampel penelitian (subyek penelitian) diuraikan pada tabel 3.2 sebagai berikut.



Tabel 3.2
Sampel penelitian kelas XII IPA dan IPS
SMA Muh. 5 Karanggeneng Lamongan

No
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah siswa
Jumlah sampel
Laki-laki
Perempuan
1.
XII IPA-1
10
23
33
10
2.
XII IPA-2
10
20
30
10
3.
XII IPS
26
9
35
10
Jumlah
46
52
98
30


C.     Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data-data penelitian ini dilakukan dengan cara mengerjakan lembar skala pengukuran oleh para siswa yang ditunjuk sebagai subyek penelitian. Prosedur yang dilakukan dalam memberikan lembar skala pengukuran kepada para siswa sebagai subyek penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) menciptakan hubungan baik (rapport) kepada para siswa yang ditunjuk sebagai subyek penelitian, dengan cara melakukan perkenalan, menjelaskan tujuan pengumpulan data, dan menegaskan bahwa hasil pengukuran ini tidak ada kaitannya dengan nilai mata pelajaran siswa; (2) menjelaskan petunjuk cara mengerjakan lembar  skala pengukuran; (3) membagikan lembar skala pengukuran kepada para siswa yang ditunjuk sebagai subyek penelitian untuk dikerjakan sebaik-baiknya; (4) mengumpulkan lembar skala pengukuran setiap subyek yang telah dikerjakan, kemudian diberi skor sesuai ketentuan standar. Lebih rinci akan dijelaskan tentang skala pengukuran, validitas, serta reliabilitas pengembangan skala pengukuran yaitu:

1.      Skala Pengukuran
Untuk mengumpulkan data-data penelitian, digunakan skala pengukuran yang terdiri dari satu macam, yaitu sebagai berikut.
a)      Skala pengukuran kemandirian memilih karier siswa digunakan untuk mengukur variabel kemandirian dalam memilih karier siswa.
Skala pengukuran tersebut dirancang menggunakan adaptasi skala likert (likert scale) dengan 4 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS), yang dikembangkan oleh peneliti melalui prosedur validitas isi (content validity) dan dilakukan uji coba (try out). Penskoran skala penelitian menggunakan penskalaan subyek. pernyataan positif diberi skor  4 untuk sangat setuju (SS), 3 untuk setuju (S), 2 untuk tidak setuju (TS), 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Sedangkan pernyataan negatif diberi skor 1 untuk sangat setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk tidak setuju (TS), dan 4 untuk sangat tidak setuju (STS).
Prosedur pengembangan skala ini adalah sebagai berikut. Pertama mendefinisikan variabel penelitian secara operasional, yaitu variabel kemandirian memilih karier siswa. Kedua, mengembangkan blue-print skala pengukuran, yaitu blue-print pengembangan skala pengukuran kemandirian memilih karier siswa. Ketiga, menyusun butir pengembangan skala pengukuran kemandirian memilih karier siswa. Keempat, melakukan telaah ahli (expert review) sebagai acuan merevisi skala pengukuran. Kelima, melakukan uji coba (try out) untuk menemukan validitas skala pengukuran kemandirian memilih karier siswa berdasarkan koefisien korelasi butir total Alpha Cronbach.
Konstruk Skala Pengukuran Kemandirian Memilih Karier Siswa dikembangkan berdasarkan lima kriteria kemandirian yang telah dikembangkan oleh Hartono (2010:171), yaitu: (1)  percaya diri; (2) bertanggung jawab; (3) mengarahkan dan mengembangkan diri; (4) tekun, kreatif dan inisiatif; (5) ingin melakukan sendiri. Percaya diri berisi 8 butir, bertanggung jawab berisi 6 butir, mengarahkan dan mengembangkan diri berisi 6 butir, tekun, kreatif dan inisiatif berisi 6 butir, ingin melakukan sendiri berisi 4 butir, sehingga jumlah keseluruhan skala pengukuran kemandirian memilih karier siswa adalah 30 butir.
Uraian selengkapnya mengenai blue-print dan skala pengukuran kemandirian memilih karier siswa akan disajikan pada lampiran 1 dan 2.

2.      Validitas
Skala Pengukuran Kemandirian Memilih Karier Siswa telah dilakukan uji coba (try out) kepada 30 siswa SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan, kemudian hasilnya dianalisis dengan korelasi butir-total. Analisis korelasi butir-total dimaksudkan untuk menguji validitas butir dengan ketentuan suatu butir dinyatakan valid jika koefisien korelasinya positif dan signifikan (p  0,05). Analisis korelasi butir-total skala pengukuran kemandirian memilih karier siswa menggunakan program SPSS for MS Windows versi 12.0. Hasil analisis korelasi butir-total Skala Pengukuran Kemandirian Memilih Karier Siswa dari 30 butir diperoleh koefisien validitas 0,496 – 0,791.

3.      Reliabilitas
Di samping uji validitas, juga dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan  teknik Alpha Cronbach sebagaimana pada program SPSS for MS Windows versi 12.0. Hasil uji reliabilitas skala pengukuran kemandirian memilih karier siswa diuraikan pada tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3
Koefisien Reliabilitas  Uji Coba (Try Out)

No
Skala Pengukuran
Koefisien Reliabilitas Cronbach’s Alpha
1.
Skala Pengukuran Kemandirian Memilih Karier Siswa
0,953

D.    Metode Analisis Data
Sebelum data-data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis Uji t statistika parametrik, terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi yang mencakup uji normalitas sebaran dan uji homogenitas variansi dengan bantuan program aplikasi SPSS for Windows versi 12.0.
Dalam melakukan uji normalitas sebaran peneliti menggunakan operasi rumus Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS for Windows versi 12.0, dengan menggunakan kaidah data berdistribusi normal apabila nilai signifikansinya > 0,05, dan data tidak berdistribusi normal apabila nilai signifikansinya < 0,05. Hasil uji normalitas sebaran kemandirian memilih karier siswa diuraikan pada tabel 3.4

Tabel 3.4
Hasil Analisis Uji Normalitas Sebaran dengan menggunakan Metode Kolmogorov-Smirnov pada SPSS for Windows versi 12.0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (pree test)


X TOTAL
N
30
Normal Parameters(a,b)
Mean
96,57

Std. Deviation
13,871
Most Extreme Differences
Absolute
,177

Positive
,105

Negative
-,177
Kolmogorov-Smirnov Z
,972
Asymp. Sig. (2-tailed)
,301
a  Test distribution is Normal.
b  Calculated from data.


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (post test)


Y TOTAL
N
30
Normal Parameters(a,b)
Mean
100,40

Std. Deviation
7,708
Most Extreme Differences
Absolute
,154

Positive
,154

Negative
-,108
Kolmogorov-Smirnov Z
,844
Asymp. Sig. (2-tailed)
,475
a  Test distribution is Normal.
b  Calculated from data.

Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran KMKS pree test dan post test dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov diperoleh hasil bahwa data KMKS berdistribusi normal. Hal ini dikarenakan taraf signifikansi KMKS pre test dan post tes > 0,05.
Di samping uji normalitas sebaran, maka pada bagian ini juga akan dilakukan uji linieritas hubungan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 12.0. Hasil uji linieritas hubungan KMKS pree tes (X) dan KMKS post test (Y), diperoleh nilai sum of squares = 220,417, mean of square = 220,417, derajat kebebasan (df) = 1,751, pada tarraf signifikan = 0,03 yang berarti hubungannya linier. Hal ini dikarenakan taraf signifikansinya 0,03 < 0,05. Laporan selengkapnya mengenai hasil uji linieritas hubungan, disajikan pada tabel 3.5.


Tabel 3.5
Hasil Uji Linieritas Hubungan Data KMKS Pree Test dan Post Test pada SPSS for Windows versi 12.0

Sum of Squares
df
Mean Square
f
Sig.
220,417
1
220,417
1,751
0,03

1.      Teknik Analisi Data Uji t ( Paired Samples T Test)
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Uji t.  Teknik analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa. Kaidah analisis yang digunakan adalah, hipotesis alternatif (ha) didukung jika peluang kesalahan (p)  0,05 atau pada taraf signifikansi 95%. Program statistika yang digunakan untuk melakukan analisis data adalah SPSS for MS Windows versi 12.0.











BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN




            Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

A.     Deskripsi Hasil Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada bab I, variabel-variabel dalam penelitian ini adalah layanan informasi bimbingan karier bagi para siswa sebagai variabel bebas dan kemandirian memilih karier siswa sebagai variabel terikat.
Penelitian pengaruh layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa telah berlangsung di SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan terhitung dari tanggal 1 November 2010 sampai dengan 31 Januari 2011. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 10 X tatap muka dan menggunakan 30 orang siswa sebagai anggota subyek penelitian yang dipilih secara acak dengan diundi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji signifikansi pengaruh layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan. Dengan kata lain, apakah intensitas kemandirian memilih karier siswa SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan dapat meningkat setelah diberi layanan informasi bimbingan karier?.
Statistik kemandirian memilih karier siswa (KMKS) sebelum dan sesudah diberikan treatment atau perlakuan layanan informasi bimbingan karier diuraikan pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Kemandirian Memilih Karier Siswa (KMKS)

No
Variabel
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
KMKS pre test
30
96,50
13,838
2,537
2
KMKS post test
30
100,40
7,708
1,407

Tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata (mean) score variabel KMKS (post test) setelah diberi layanan informasi bimbingan karier. Rerata (mean) score variabel KMKS (pre test) sebelum diberi layanan informasi bimbingan karier adalah 96,50, sedangkan rerata (mean) score variabel KMKS (post test) setelah diberi perlakuan layanan informasi bimbingan karier 100,40 terjadi peningkatan rerata (mean) score variabel KMKS sebesar 3,9 (3,88%). Dengan demikian layanan informasi bimbingan karier dapat meningkatkan kemandirian memilih karier siswa.
Secara visual peningkatan rerata (mean) score KMKS (post test) setelah diberi perlakuan layanan informasi bimbingan karier ditunjukkan pada gambar 4.1.

Gambar 4.1
Fluktuasi Kenaikan Rerata (Mean) Score KMKS Sesudah diberikan Treatment

B.     Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa, didasarkan pada hasil analisis uji-t (T-Test) yang diuraikan pada tabel 4.2. Kaidah yang digunakan adalah hipotesis alternative (Ha) yaitu ada pengaruh yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa, didukung jika peluang kesalahan (p) ≤ 0,05 atau pada taraf signifikan 95%, dan hipotesis nihil (Ho) yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa, didukung jika peluang kesalahan (p) > 0,05 atau pada taraf signifikan di bawah 95%.

Tabel 4.2
Rangkuman Hasil Analisis Uji-t Score KMKS Pre Test dan Score KMKS Post Test

Kelompok
Paired Differences
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
t
df
Sig (2-tailed)
KMKS Post Test
KMKS Pre Test
3,900
9,003
1,664
2,373
29
,025

Pada tabel 4.2 di atas diperoleh selisih rerata (mean) antar kelompok yaitu 3,900, standar deviasi = 9,003, rerata standar kesalahan = 1,664, angka t hitung = 2,373, derajat kebebasan (df) = 29 pada peluang kesalahan (p) = 0,025 (signifikan).
Ternyata angka t hitung yang diperoleh 2,373 pada peluang kesalahan (p) = 0,025 lebih kecil daripada peluang kesalahan (p) = 0,05, atau 0,025 < 0,05 yang artinya signifikan. Berdasarkan bukti empiris tersebut, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian, hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa didukung.

C.     Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian pengaruh layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa dengan menggunakan rancangan One Group Pre Test Post Test Design menghasilkan temuan penelitian yaitu terdapat pengaruh positif yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa.
Hal tersebut dapat dicapai karena peneliti melakukannya dengan hati-hati mulai dari penentuan judul, rumusan masalah, mendeskripsikan variabel dan definisi operasional variabel, membuat blue print, membuat item yang kemudian dilakukan uji coba (try out) dan hasilnya diuji kadar validitas dan reliabilitas, menguji normalitas sebaran dan linearitas hubungan sebagai syarat statistik parametrik sebelum dilakukan perhitungan dengan teknik uji-t sebagaimana dalam program SPSS for MS Windows versi 12.0.
Kemandirian memilih karier siswa adalah kondisi siswa yang mampu untuk memilih karier atas kemampuan dirinya dan tidak bergantung pada orang lain, memiliki rasa kemantapan diri dalam memilih karier yang manjadi pilihannya serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap pilihan kariernya agar masa depannya sesuai dengan yang diharapkan siswa.
Menurut Hartono (2010:43), kemandirian memilih karier ditandai oleh lima ciri sebagai kriterianya, yaitu: (a) percaya diri; (b) bertanggung jawab; (c) mengarahkan dan mengembangkan diri; (d) tekun, kreatif dan inisiatif; (e) ingin melakukan sendiri.
Temuan hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Arifah (2005) yang membuktikan bahwa bimbingan karier berpengaruh cukup signifikan terhadap kemandirian siswa dalam memilih karier sebesar 38,3%, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa.
Temuan penelitian ini membuktikan bahwa, layanan informasi bimbingan karier yang telah diberikan oleh konselor memberi hasil positif dalam meningkatkan kemandirian memilih karier siswa. Dengan demikian, keberadaan bimbingan dan konseling pada setting persekolahan senantiasa mampu memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.














BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka pada bab ini akan diuraikan simpulan dan saran.

A.     Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa tardapat pengaruh positif yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan.

B.     Saran
Dengan dibuktikan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan layanan informasi bimbingan karier terhadap kemandirian memilih karier siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut.
1.      Untuk meningkatkan kemandirian memilih karier siswa maka perlu diberikan layanan informasi bimbingan karier.
2.      Layanan informasi bimbingan karier tidak hanya diberikan pada siswa kelas XII SMA, akan tetapi perlu diberikan semenjak duduk di bangku SMP maupun pada tahap saat memilih penjurusan baik di SMA maupun SMK.
3.      Akan lebih baik dan sempurna apabila layanan informasi bimbingan karier diterapkan dan dikembangkan pada sekolah menengah di seluruh wilayah Indonesia.