Rabu, 12 Oktober 2011

study kasus

Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur, 1985).
Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik (WS. Winkel, 1995).
Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integrative dan komprehensif. Integrative artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap (Dewa Ketut Sukardi, 1983).
 Studi kasus merupakan teknik yang paling tepat digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling karena sifatnya yang komprehensif dan menyeluruh. Studi kasus menggunakan hasil dari bermacam-macam teknik dan alat untuk mengenal siswa sebaik mungkin, merakit dan mengkoordinasikan data yang bermanfaat yang dikumpulkan melalui berbagai alat. Data itu meliputi studi yang hati-hati dan interpretasi data yang berhubungan dan bertalian dengan perkembangan dan problema serta rekomendasi yang tepat.
Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok. Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan kondisi individu/kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan individu dalam penyesuaiannya
Tujuan Studi Kasus
            Studi Kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman dari siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuian pada diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.

Sasaran Studi kasus
Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah konseli yang memiliki suatu problem (problem case).

Contoh studi kasus

Wasi' adalah siswa terpelajar di SMA XXX. Ia sering mendapatkan rangking pararel nomor satu disekolahnya dan sekarang duduk di kelas. Kedua orang tua Wasi' adalah seorang guru di desa, mereka berdua sangat sayang dan bangga terhadap anaknya. Hal itu dikarenakan Wasi' dapat mengharumkan nama orangtuanya karena kepintarannya yang walaupun hanya anak dari seorang guru SD. Disekolah, Wasi' adalah anak yang disegani dan disenangi oleh teman-temannya satu sekolah baik dari kelas X sampai kelas XII. Hal itu dikarenakan sikap Wasi' yang tidak sombong dan mau berbagi pengetahuan pelajaran kepada teman-teman yang tidak bisa dengan menjadi tutor sbaya, tidak hanya itu Wasi' juga termasuk anak yang rajin beribadah dan tidak pernah membeda-bedakan antara teman yang satu dengan teman yang lain. Impian Wasi' adalah menjadi seorang dokter di salah satu rumah sakit internasional di surabaya. Hal itulah yang menjadi pegangan serta cambuk dalam diri Wasi' agar ia dapat menembus SNPTN. Salah satu motivasi dalam diri Wasi' selain orangtua adalah seorang cewek yang sejak SMP dicintainya. Akan tetapi rasa cinta dan sayang itu tak tersampaikan, hal itu dikarenakan Wasi' takut untuk mengungkapkan perasaanya ( takut ditolak ). Sampai sekarang perasaan cinta dan sayang terhadap cewek tersebut masih ada. Makin lama perasaan cinta dan sayang itu makin mencekan dan berkecambuk dalam hatinya ( Wasi' ), semakin pula rasa takut ditolak itu menjepit dadanya hingga ia tak mampu mengungkapkan rasa cinta dan sayang. Akhirnya rasa itu benar-benar tak tersampaikan karena ketakutan Wasi' untuk mengungkapkan apa yang ada dihatinya dan anggapan Wasi' apabila ia ditolak maka keinginan wasi' untuk menjadi dokter pupus seiring dengan perasaan hatinya yang hancur. 
MEMAHAMI WASI' DALAM PRESPEKTIF RET
RET memandang manusia itu mempunyai aspek rasional dan irasional. Orang berprilaku dengan cara-cara tertentu, hal itu dikarenakan ia percaya bahwa ia harus bertindak dengan cara tersebut. Orang mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negatif seperti kecemasan. Pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam praktiknya kedua hal itu saling terkait. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran.
             Wasi' merupakan anak yang pandai, tidak sombong, rajin beribadah serta mempunyai banyak teman. Ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh self talk atau omong diri yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran pikiran dan emosi yang bersifat negatif ( negative thingking ) yaitu takut apabila ia ditolak maka keinginan Wasi' untuk menjadi dikter pupus seiring dengan perasaan hatinya yang hancur yang pada akhirnya perasan cinta itu benar-benar tidak tersampaikan.

Tujuan Konseling
            Tujuan konseling dalam kasus Wasi' adalah memerangi pemikiran Wasi' yang irasional yang menjadi latar belakang kecemasannya menjadi pemikiran yang rasional.

PROSES PELAKSANAAN STUDI KASUS

A.     Identifikasi Masalah
¨  Nama                             : Ahmad Wasi'
Tempat, Tanggal lahir      : Gresik, 28 Februari 1989
Jenis Kelamin                 : Laki-laki
Agama                           : Islam
Hobby                            : Main Ps, Membaca
Sekolah                          : SMA XXX
¨  Variabel
1.      Siswa SMA XXX
2.      Pemikiran irasional
3.      Teknik konseling
¨  Sub Variabel
1.      Siswa kelas XII IA 1 SMA XXX
2.      Jenis Kelamin         : Laki-laki
3.      Prestasi                  : Rangking pararel nomor 1 di sekolah  
4.      Lingkungan Sosial : Cukup bergaul, rajin beribadah dan tidak pernah membeda-bedakan antara teman yang satu dengan teman yang lain.
5.      Lingkungan Keluarga : Orang tua sangat sayang dan bangga sebab Wasi' dapat mengharumkan nama orang tuanya karena kepintarannya yang walaupun hanya anak dari seorang guru SD.
6.      Lingkungan Sekolah : Wasi' termasuk anak yang disegani dan disenangi oleh teman-temannya satu sekolah baik dari kelas X sampai kelas XII. karena sikap Wasi' yang tidak sombong dan mau berbagi pengetahuan pelajaran kepada teman-teman yang tidak bisa dengan menjadi tutor sbaya
¨  Pemikiran Irasional
1. Negative thingking dan self talk ( omong diri )
¨  Teknik Konseling
1. Strategi konseling restrukturing kognitif
B.     Indikator
1.      Lingkungan Sosial
Tempat kos : Cukup bergaul, rajin beribadah dan tidak pernah membeda-bedakan antara teman yang satu dengan teman yang lain.
2.      Lingkungan Keluarga
Ekonomi           : Mampu
Pekerjaan         : Kedua orang tua adalah guru SD / PNS
3.      Lingkungan Sekolah
Teman Sekolah : Menurut mereka Wasi' orangnya asyil, gaul, tidak sombong, tidak pernah membeda-bedakan antara teman yang satu dengan teman yang lain, mau berbagi pengetahuan pelajaran kepada teman-teman yang tidak bisa dengan menjadi tutor sbaya.
C.     Teknik Konseling
Strategi konseling restrukturing kognitif  yakni membantu konseli dalam menentukan hubungan antara persepsi dan perilaku untuk mengidentifikasi kesalahan berfikir dan menggantikannya dengan persepsi yang lebih baik.
1.      Konseli dilatih untuk dapat merasakan dan mengenal apa yang sedang terjadi dalam dirinya.
2.      Konseli dilatih untuk dapat mengidentifikasi pemikiran yang irasional.
3.      Konseli dilatih untuk dapat mempositifkan dan mengembangkan pemikiran yang realistis beserta pernyataan-pernyataannya.
4.      Konselor menggambarkan hubungan antara kejadian dan emosi.
5.      Konselor berlatih untuk melakukan perubahan.
6.      Pemberian reinforcement.
D.     Type Data
1. Internal : Konselor memanggil Wasi', mengajak berdiskusi dan melakukan konfrontasi langsung
E.      Type Variabel
Variabel Independen : Wasi' terpengaruh oleh self talk atau omong diri yakni " Apabila ia di tolak maka keinginan Wasi' untuk menjadi dokter pupus seiring dengan perasaan hatinya yang hancur ".
Variabel Dependen : Pemikiran Wasi' menjadi irasional sehingga Wasi' takut dan tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan cinta dan sayang.
F.      Diagnosis
Pemikiean negatif ( self talk dan irasional believe ) Wasi' yang menyatakan bahwa apabila ia ditolak maka keinginan Wasi' pupus seiring dengan perasaan hatinya yang hancur.
G.     Prognosis
Dalam kasusu ini konselor menggunakan teknik : Strategi konseling restructuring cognitive.
H.     Treatment
·        pertemuam pertama.
Hari                  : Senin
Tanggal            : 02-11-2009
Jam                  : 09.00 - 09.45
Tempat             : Ruang Konseling
Kegiatan           : Penggalian masalah.
·        Pertemuan kedua.
Hari                  : Rabu
Tanggal            : 04-11-2009
Jam                  : 09.00 - 09.45
Tempat             : Ruang Konseling
Kegiatan           : Rasionalisasi strategi atau melatihkan strategi.
·        Pertemuan ketiga.
Hari                  : Kamis
Tanggal            : 05-11-2009
Jam                  : 09.00 - 09.45
Tempat             : Ruang Konseling
Kegiatan           : Membantu memecahkan masalah dengan strategi
                          Restrukturing kognitif.
·        Pertemuan keempat.
Hari                  : Sabtu
Tanggal            : 07-11-2009
Jam                  : 09.00 - 09.45
Tempat             : Ruang Konseling
Kegiatan           : Evaluasi.
·        Usaha bantuan yang direncanakan.
Setelah melihat permasalahan konseli, meka perlu diberikan usaha dan bantuan untuk membantu memecahkan masalah konseli, antara lain :
1. Wawancara.
        Yaitu dengan melakukan dialog langsung dengan konseli, yang bertujuan untuk menggali permasalahan konseli, menganjurkan agar konseli sering berkonsultasi dengan BK tentang masalah yang dihadapi.
2. Strategi konseling restrukturing kognitif.
        Membantu konseli dalam menentukan hubungan antara persepsi dan perilaku untuk mengidentifikasi kesalahan berfikir dan menggatikannya dengan persepsi yang lebih baik.
3. Evaluasi.
        Hal ini dilakukan agar dapat diketahui apakah sudah merasakan atau belum merasakan hasil yang memuaskan setelah proses konseling.
·        Usaha yang telah direncanakan.
1. Wawancara langsung dengan konseli.
2. Rasionalisasi atau melatihkan strategi restrukturing kognitif.
·        Usaha yang belum dilaksanakan.
Adalah evaluasi, hal ini disebabkan karena kesibukan konseli menghadapi Try Out dan keterbatasan waktu.

I.        Follow Up
Melihat dari permasalahan yang sudah ada, perlu adanya tindak lanjut ( follow up ) untuk membantu memecahkan masalah konseli. Untuk itu konselor menanyakan kepada konseli apakah dalam pertemuan yang sudah dibahas sudah mengalami perubahan ?
Apabila konseli belum merasakan hasil yang memuaskan setelah proses konseling, maka konselor akan mereview ulang dan mendefinisikan tujuan sesuai dengan keputusan konseli agar konseli dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Hal-hal yang perlu diberikan sebagai tindak lanjut, antara lain :
  1. Memantau kegiatan konseli
  2. Menanamkan kesadaran kepada konseli akan perlunya merubah diri ke arah pemikiran yang realistis beserta pernyataan-pernyataanya.



 
.